English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

24/02/11

demonstrasi di libya

fakta demonstrasi di libyaLibya semakin memanas, setelah aksi demo yang terus dilakukan oleh rakyat Libya kini tak hanya sekedar teriakan, bahkan kini telah melibatkan peluru-peluru turut dimuntahkan. Apalagi turut sertanya pesawat-pesawat tempur membuat Libya makin mencekam.
Menurut kantor berita Associated Press, situasi di Ibukota Tripoli sejak akhir pekan lalu sudah menjadi medan tempur. Dari puncak-puncak gedung, sejumlah penembak jitu secara acak mencari mangsa ke arah kerumunan massa yang berdemonstrasi menentang Khadafi di Lapangan Hijau dan sekitarnya.
Menurut para pemrotes, mereka berhadapan dengan milisi pro Khadafi yang berkeliaran dengan senjata api di mobil bak terbuka. “Mereka berkendara seperti orang gila yang mencari seseorang untuk dibunuh. Ini benar-benar suasananya sudah kacau,” kata seorang pemrotes berusia 28 tahun.
“Tembak-menembak terdengar di ibukota sepanjang malam,” kata Adel Suleiman, seorang warga Yordania yang menjadi penasihat gubernur bank sentral Libya di Tripoli, Senin 21 Februari 2011.
Jumlah korban tewas dalam satu pekan terakhir pun belum bisa dipastkan. Namun sejumlah kelompok seperti Human Rights Watch yakin bahwa nyawa lebih dari seratus jiwa telah melayang sejak Libya bergolak.
Seorang warga bernama Mahmoud Shawkat mengaku melihat langsung seorang tetangganya ditembak di kepala selama protes di Lapangan Hijau. “Saya tidak yakin apakah masih hidup atau sudah mati,” kata Mahmoud, yang bergegas ke bandar udara untuk menyelamatkan diri.
Selain mengerahkan milisi bersenjata, rezim Khadafi juga memerintah militer untuk menumpas para demonstran. Menurut harian The Washington Post, sejumlah pesawat dan helikopter melontarkan tembakan dari langit ke arah para demonstran.
Namun, tidak semua personil militer mematuhi perintah dari rezim Khadafi. Dua orang kolonel malah melarikan pesawat jet Mirage ke Malta setelah diperintah untuk mengebom posisi-posisi massa demonstran di Kota Benghazi, pusat pergolakan yang telah berlangsung selama satu pekan.
Kedua pilot itu tidak mau melaksanakan perintah kejam itu. Mereka justru lari ke luar negeri dan meminta perlindungan dari pemerintahMalta.
Putra Khadafi, Seif al-Islam, khawatir negaranya terancam perang saudara bila demonstrasi anti rezim ayahnya itu terus berlangsung. Kekhawatiran itu sangat beralasan.
Libya merupakan negara yang masih terpecah-pecah. Negeri di Afrika Utara itu masih menyimpan rivalitas lama antara suku di Tripoli dan Benghazi. Sistem kekuasan yang diterapkan Khadafi, sejak memimpin Libya pada 1969, adalah “Jamahiriya”" atau “aturan rakyat.”
Sistem kekuasaan ini sangat desentralistis dan dikelola oleh “komite-komite populer” melalui hirarki yang rumit. Sistem ini menandakan bahwa tidak ada institusi yang menjadi pusat pengambilan kekuasaan kecuali Khadafi, putra-putranya, dan pejabat-pejabat mereka.
Namun, saat rezim Khadafi sendiri tengah digugat, situasi di Libya pun rentan dilanda perang saudara. Menurut Lisa Anderson, pengamat dari American University di Kairo, rezim di Libya itu tidak seperti di Tunisia dan Mesir, yang berhasil dijungkalkan tanpa kontak senjata skala besar.
Menurut Anderson, situasi di Libya bisa lebih berbahaya. “Tidak seperti jatuhnya rezim di Tunisia dan Mesir, kejatuhan di Libya ini berpotensi mengarah kepada perang saudara,” kata Anderson.
sampai-sampai ulama mesir yang notabenenya bernaung di ikhwanul muslimin mesir, memberi fatwa seperti ini
KAIRO (Arrahmah.com) - Seorang ulama Mesir menyerukan sebuah fatwa pada Selasa (22/2/2011) untuk melawan pemimpin diktator Libya, Muammar Gaddafi dan mengatakan memerangi rakyatnya bukanlah "tindakan heroik".
Yusuf Qaradhawi, pemimpin Persatuan Internasional untuk Ulama Muslim mengeluarkan fatwa secara live di televisi, mendesak tentara Libya yang dapat membunuh Gaddafi agar melakukannya, lapor Los Angeles Times.

"Itu bukanlah tindakan kepahlawanan untuk memerangi rakyat sendiri dan menghantam mereka dengan rudal," ujar Qaradhawi seperti yang disiarkan Al Jazeera.

"Saya katakan kepada saudara dan anak-anak saya yang menjadi tentara dan perwira di Angkatan Darat Libya untuk tidak taat ketika pemerintah memberi perintah untuk membunuh rakyat menggunakan pesawat tempur," lanjutnya.  "Saya kini mengeluarkan fatwa mendesak tentara dan perwira yang dapat membunuh untuk membunuh Muammar Gaddafi."

"Turunkan dia dan ringankan rakyat dan negara dari bebannya," ujarnya.  "Orang ini ingin memusnahkan rakyat."

Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengungkapkan kemarahannya atas apa yang terjadi di Libya, menilai Kolonel Muammar Qaddafi gila dan seseorang yang menggelikan.

Al-Qardhawi menegaskan bahwa tidak boleh mematuhi perintah penguasa yang bertentangan dengan Islam, dan bahwa apa yang Qaddafi perintahkan untuk membom kota-kota Libya dengan pesawat tempur adalah perang dan kerusakan di bumi dan pantas dihalalkan darahnya dan dibunuh.

Al-Qardhawi menyerukan kepada rakyat Libya untuk melanjutkan perlawanan dan perjuangan berapapun biayanya serta tidak peduli berapa banyak syuhada, menekankan bahwa balasan Allah sudah dekat, dan bahwa Allah membalas Qaddafi di dunia dan akhirat karena ketidakadilannya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...

0 komentar:

komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More